Sumber : Harian Kompas, Kamis 16 Oktober 2014
Judul Artikel : Abraham Goram Gaman Menjaga Kalabia Terus Berlayar
Penulis Artikel : Mohamad Final Daeng
Judul Artikel : Abraham Goram Gaman Menjaga Kalabia Terus Berlayar
Penulis Artikel : Mohamad Final Daeng
Oleh : Dwi Aulia Syifayantie (1801440950)
http://print.kompas.com/gettachment
Pria yang bernama lengkap Abraham Goran Gaman ini lahir di Sorong, Papua
pada tanggal 31 Mei 1970. Dan mendapatkan gelar S-1 Manajemen Informatika di
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Papua. Mempunyai seorang istri yang
bernama Yulia Ayomi. Dan dikarunia lima orang anak. Beliau mempunyai
pengalaman bekerja di :
- Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Papua, 1995-2005
- Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Papua, 2005-2006
- Conservation International, 2006-2012
- Yayasan Kalabia Indonesia, 2012-sekarang
Kompas.com – Selama enam tahun terakhir, kapal
pendidikan konservasi Kalabia mendatangi kampung-kampung di pesisir Kabupaten
Raja Ampat dan sebagian Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Kehadiran ”sekolah
terapung” itu selalu ditunggu anak-anak dengan penuh kebahagiaan.
Anak-anak
setempat mempunyai semangat yang membara untuk belajar tentang lingkungan
itulah yang membakar motivasi Abraham Goram Gaman untuk terus melayarkan
Kalabia. Abraham adalah seorang Ketua Yayasan Kalabia Indonesia yang kini
sedang menjalankan misi pendidikan untuk anak- anak dan warga di Raja Ampat
serta wilayah sekitarnya.
Kapal Kalabia
awalnya dioperasikan oleh Conservation International (CI), organisasi
lingkungan internasional, pada 2008 sebagai bagian dari program edukasi
konservasi laut mereka di Raja Ampat. Abraham adalah salah seorang staf yang
bekerja untuk CI dalam program tersebut.
Pada tahun 2012
program itu berakhir. Saat ditemui dimakasar, Abraham mengungkapkan
keinginannya. Bahwa beliau tidak mau program itu berhenti, karena masih banyak masyarakat
yang membutuhkan.
Raja Ampat
adalah daerah kepulauan di ”kepala burung” Papua yang membentang luas dengan
jumlah pulau mencapai lebih dari 600 buah. Oleh karena itu, masih banyak
kampung yang terisolasi dan sulit dijangkau fasilitas pendidikan ataupun
informasi.
Model sekolah
terapung seperti Kalabia inilah yang dirasakan Abraham paling cocok untuk
menembus kendala tersebut. Hingga kini, Kalabia telah mendatangi lebih dari 110
kampung di Raja Ampat dan 12 kampung di Kaimana, dengan total 11.000 orang yang
tersentuh pelayanan ini.
Mandiri
Pada 20 Juli
2012 Abraham mendirikan Yayasan untuk melanjutkan program tersebut secara
mandiri. Kemudian beliau mencari dana untuk mengoperasikan kapal yang
membutuhkan biaya lebih dari Rp 100 juta per bulan itu.
Waktu itu
Abraham berpikir untuk mencari dana dari dalam negri, karena dirinya merasa
malu jika program untuk anak-anak indonesia dibiayai oleh orang asing. Karena menurut
beliau, ini merupakan tanggung jawab warga indonesia.
Akhirnya, PT
Pelindo II bersedia menjadi donor Kalabia melalui program Corporate Social
Responsibility (CSR) mereka selama lima tahun, mulai dari 2013 sampai 2018.
Kalabia, kapal yang mempunyai panjang 32 meter dengan bobot 132
ton, ini pun bisa meneruskan misinya membagikan pengetahuan kepada generasi
penerus di Papua.
Kalabia
sekarang diawaki oleh sembilan kru dan enam fasilitator atau pendidik. Nama
Kalabia diambil dari nama jenis hiu yang hidup di perairan Raja Ampat dan
memiliki kemampuan berjalan di dasar laut.
Setiap kali
mendatangi suatu kampung, Kalabia selalu mendapatkan sambutan hangat dari warga
setempat, terutama anak-anak
Minim fasilitas pendidikan
Minimnya fasilitas pendidikan dan jumlah guru yang sedikit membuat
anak-anak selalu rindu pada Kalabia. Bukan hanya anak-anak, kaum dewasa yang
kesehariannya jauh dari akses informasi juga senang dengan kehadiran Kalabia.
Hal itu karena mereka pun bisa memperoleh berbagai pengetahuan baru dari para
pengajar.
Di kapal
Kalabia, anak-anak belajar tentang ekosistem terumbu karang, padang lamun,
hutan bakau, hingga permasalahan sampah. Tujuannya tidak lain untuk menciptakan
kesadaran dan kecintaan mereka terhadap lingkungan sekitar.
Namun, metode
pengajaran dirancang sejauh mungkin dari kesan formal dan disesuaikan dengan
dunia anak-anak. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menyelipkan
materi permainan edukatif yang memunculkan keceriaan.
Abraham
berharap, pengetahuan soal konservasi itu akan selalu tertanam dalam diri
anak-anak sampai mereka dewasa. Hal itu dianggap penting agar kelak saat duduk
di level pengambil kebijakan, mereka dapat membangun Raja Ampat dengan kerangka
pikir kelestarian lingkungan hidup.
Menurut Abraham
jika Raja Ampat rusak, akan sangat berdampak pada dunia. Karena, Raja Ampat
merupakan pusat terumbu karang dunia yang memiliki 75 % spesies terumbu karang,
dengan lebih dari 1500 spesies ikan.
Hasil dari pendidikan
konservasi itu mulai terasa seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran warga tentang arti penting lingkungan laut bagi mereka. Bahkan,
anak-anak pun turut berperan aktif dalam menjaga keanekaragaman hayati dengan
cara memperingatkan orang dewasa yang ketahuan masih memburu satwa-satwa
dilindungi di wilayah perairan Raja Ampat.
Dari artikel
ini kita belajar tentang, sosok Abraham Goram Gaman yang sangat peduli terhadap
pendidikan di Raja Ampat. Dari yang awalnya program Kapal Kalabia akan ditutup,
tapi Abraham bersikeras agar program itu tetap di adakan. Perjuangan,
ketekunan, dan kepedulian beliau wajib kita contoh, dan kita jadikan acuan atau
motivasi.
bagus bagus nsemangat ya =)
BalasHapus