Rabu, 26 November 2014

Menyegarkan Rembang dengan Kawis : Imam Tohari

Selasa, 11 November 2014
Sumber : Harian Kompas
http://print.kompas.com/getattachment/f9c1c12d-2a77-4a99-8596-cf8a4d159f78


Kawis atau kawista adalah buah khas Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, telah jadi minuman sirup populer saat ini. Popularitas minuman khas menyegarkan ini tidak lepas dari peran perajin minuman Imam Tohari (58). Dari berbagai usaha yang dilakukan, hatinya jatuh pada kawis dan upaya budidayanya.
 
Jika buah Kawis tua, daging buahnya berwarna merah kecoklatan menyerupai daging buah asam. Kulit batoknya sangat keras melindungi daging buahnya, sama kerasnya dengan batok kelapa. Buah ini jika matang di pohon dapat langsung dimakan. Ada rasa sepet dan manis serta baunya khas seperti asam. Akan lebih nikmat jika kawis dimakan dicampur gula pasir.

Dalam 10 tahun terakhir, buah ini mulai disukai warga di luar Rembang, terutama lewat minuman sirup kawis. Melalui upaya pengolahan kawis sebagai sirup, Imam sebagai perajin telah menyabet penghargaan bidang pengolahan minuman. Buah kawis mengantarkan Imam ke Eropa untuk pameran dagang di Den Haag, Belanda, Maret 2013.
"Sewaktu kesempatan di Belanda, saya membawa 16 biji buah kawis masak, 1 kuintal sirup kawis, serta 200 kotak madu mongso rasa kawis. Semua habis sebelum penutupan pameran. Malahan, beberapa peminat dari negara lain yang datang ke pameran minta dikirimi sirup kawis secara rutin, tetapi saya belum mampu memenuhinya,” kata Imam di rumah produksi usaha minuman di Desa Pantiharjo, Kaliori, Rembang.

Di Den Haag, sirup kawis ukuran 600 mililiter dijual seharga 12 euro, madu mongso rasa kawis 8 euro, dan minuman kawis cup kecil laku 6 euro. Pengalaman berinteraksi dengan penggemar minuman di Den Haag telah menyadarkan Imam agar terus giat menekuni kawis. Buah kawis ternyata langka. Di Jawa Tengah, tanaman kemungkinan hanya tumbuh dan berkembang secara baik di daerah Rembang, Lasem, dan sekitarnya.

Tanaman kawis konon berasal dari India dan kaya manfaat, seperti menurunkan panas badan. Buah kawis juga mampu mengatasi sakit perut, menjaga fungsi hati, serta menguatkan jantung karena kaya mineral. Kawis alias buah kawista (Limonia acidissima), termasuk suku jeruk-jerukan (Rutaceae), satu kerabat dengan buah maja. Kulit buahnya yang keras dan tidak mudah pecah menyebabkan banyak orang jarang suka. Tinggi pohonnya rata-rata 12 meter. Daunnya luruh dan sangat cocok tumbuh di dataran kering seperti Rembang.

Perkenalan berliku
 
Pada tahun 2000, awalnya Imam berbisnis rajungan untuk ekspor ke Amerika Serikat. Keserakahan nelayan yang mengambil rajungan indukan menyebabkan usahanya jatuh menyusul habisnya populasi rajungan. Kerugian miliaran rupiah ditanggung Imam.

Setelah itu, Imam hendak mengolah buah markisa setelah menyaksikan ratusan pohon markisa berkembang bagus di Kecamatan Bulu dan Sulang, Rembang. Ketika upaya mengolah markisa sebagai sirup akan dimulai, dia kecewa. Warga menebangi banyak pohon markisa. Warga beralih ke tanaman tebu yang memberikan keuntungan minimal Rp 15 juta per tahun.

Imam mantap mengolah buah kawis setelah pada 2002 memperoleh kiriman buah kawis dari kerabatnya. Buah itu setelah diselidiki ternyata dari pohon kawis tua di Kelurahan Grajen, Kecamatan Rembang Kota. Pohon kawis berusia 80 tahun dan masih berbuah itu jadi pohon indukan unggul bagi tanaman kawis turunan selanjutnya di Rembang.
"Kalau pohon kawis dari turunan langsung indukan itu, buahnya sempurna. Tekstur buah kawis lembut, juga bulu kulitnya tidak banyak. Buahnya besar serta aromanya justru sangat khas, yakni asamnya kuat,” ujar Imam.

Menurut dia, bahan baku kawis terbatas. Terlebih lagi, pohon ini hanya memiliki masa panen pendek, yakni April hingga Juli. Untuk berbuah, pohon kawis memerlukan masa tumbuh 6-7 tahun. Usia produktif pohon kawis diperkirakan sampai 15 tahun, setelah itu produksi buahnya merosot. Terbatasnya persediaan buah menyebabkan usaha pengolahan sirupnya juga tidak maksimal.
Dengan bahan baku kawis terbatas, per minggu Imam hanya mengolah 25 kilogram buah kawis untuk mendapatkan lebih kurang 150 liter sirup. Ketika pohon kawis tidak panen, Imam mengambil sari buah atau ekstrak daging kawis yang disimpan di lemari pendingin berkapasitas sedang di rumahnya.
Untuk memenuhi konsumen, produk sirup kawis dikemas dalam berbagai ukuran, mulai dari cup kecil hingga ukuran 1.000 mililiter. Produk sirup kawis juga telah memperoleh hak paten, berikut produk olahan turunannya, seperti madu mongso, yangko berbahan kawis, dan sale kawis.

Pemikiran sederhana
 
Keuletan usaha pengolahan sirup kawis yang ditekuni Imam dilatari pemikiran sederhana. Imam ingin menjadikan kawis sebagai ikon produk unggulan Rembang. Kini, usaha pengolahan sirupnya telah memiliki outlet di Rembang, Pati, Kudus, Jepara, Wonosobo, Semarang, dan Tuban (Jawa Timur).

Meski banyak outlet, ternyata produk sirup yang tersedia juga terbatas. Pada situasi normal, Imam hanya mempekerjakan lima perajin. Menghadapi hari raya, Imam dibantu lebih dari 10 perajin untuk memenuhi permintaan yang tinggi.
Menyadari kawis merupakan buah langka dan pohonnya terbatas, Imam mengembangkan pembibitannya. Biji kawis hasil olahannya dikumpulkan, kemudian dijemur hingga kering.
"Biji kawis yang sudah kering total kami tanam di lahan pekarangan supaya tumbuh benih. Benih itu sudah banyak yang dibagikan kepada warga, kelompok tani kebun, ataupun diambil petugas kehutanan untuk dikembangkan di lahan masing-masing,” ujarnya.

Imam mengakui, usaha sirup kawisnya tidak begitu penting memberikan keuntungan baginya. Hal paling penting ialah melestarikan dan menambah jumlah pohon kawis supaya tidak punah. Dia punya kebun seluas 1 hektar di Desa Waru, Rembang, yang juga ditanami ratusan pohon kawis, sirsak, mengkudu, dan belimbing wuluh.

Usaha pelestarian tanaman kawis pun memberi hasil. Sebelum tahun 2001, di Rembang tercatat kurang dari 2.000 pohon kawis. Berdasarkan hasil pendataan Pemerintah Kabupaten Rembang pada 2012, jumlah pohon kawis mencapai 4.500 pohon. Dari jumlah itu, 2.500 pohon termasuk usia produktif sehingga terus berbuah. Pohon lainnya masih tumbuh dan berbuah 4-5 tahun mendatang.
Kesibukan baru yang kini dijalani Imam juga melayani mahasiswa yang menjadikan usahanya sebagai tempat praktik atau riset. Dia juga beberapa kali jadi pembicara dalam pelatihan pengolahan buah menjadi sirup di banyak kota. Imam banyak membagikan ilmu tentang cara mengolah kawis menjadi sirup. Tak heran, banyak perajin baru dari beberapa kota juga belajar langsung cara mengolah sirup kawis di rumahnya.

Hal yang menggembirakan, sejumlah hotel di beberapa kota di Jawa Tengah mulai bekerja sama menjadikan sirup kawis sebagai minuman selamat datang bagi tamu. Dari buah kawis yang sebelumnya banyak terbuang, di tangan Imam menjadi olahan berharga. Dengan mengolah buah langka kawis sebagai sirup menyegarkan, kini hidup Imam Tohari lebih bermakna.

Imam Tohari
  • Lahir: Kediri, 16 April 1956
  • Pendidikan:
- STM Mesin 1977
- Universitas Terbuka 1994 (tidak selesai)
  • Istri:  Hj A'syiah Sulastri
  • Anak: 
- Siti Umizahroh
- Rifki Ifan Dianto
  • Unit Usaha: Karya Bhakti Makanan dan Minuman (KBM2) Rembang
  • Penghargaan: 
- Juara 1 UMKM Pengolahan se-Jawa Tengah, 2012
- Terbaik 1 UMKM Pangan Award 2012 Kategori Produk
- Minuman Kemasan, Kementerian Perdagangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar