1. KNOWLEDGE (PENGETAHUAN)
Gambar 1.1 Knowledge Sumber : http://t0.gstatic.com/images |
Pengetahuan
tidak bisa dipandang seperti memandang suatu objek yang terdapat di sana, di
depan subjek, yang dapat dijangkau oleh pandangan dan oleh tangan manusia.
Permasalahan kritis di sini adalah kompleksitas pengetahuan manusia yang sulit dijangkau secara lengkap, utuh, dan paripurna oleh budi manusia yang terbatas
Permasalahan kritis di sini adalah kompleksitas pengetahuan manusia yang sulit dijangkau secara lengkap, utuh, dan paripurna oleh budi manusia yang terbatas
1.2 Dua belas macam Pengetahuan
1. Pengetahuan indrawi lahir atau indrawi luar adalah saat orang mencapainya secara langsung, melalui penglihatan, pendengaran,
pembau, perasaan, serta peraba setiap kenyataan yang mengelilinginya.
2. Pengetahuan indrawi batin adalah ketika
menampakkan dirinya kepada orang dengan ingatan dan khayalan, baik mengenai apa
yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar
jangkauannya.
3. Pengetahuan perseptif, adalah ketika muncul secara spontan, pengetahuan itu memungkinkan orang untuk menyesuaikan
dirinya secara langsung dengan situasi yang disajikan. Pengetahuan dalam arti
ini lebih menyatakan dirinya melalui gerakan tangan, tingkah laku,
gerakan-gerakan, sikap-sikap, tindakan, serta jerit teriakan, daripada dengan
perkataan yang dipikirkan atau dengan keterangan yang jelas.
4. Pengetahuan refleksif adalah ketika
pengetahuan itu membuat objektif kodrat dari suatu realitas apa pun juga.
Pengungkapannya adalah, baik dalam bentuk ide, konsep, definisi, serta
putusan-putusan maupun dalam bentuk lambang, mitos, atau karya-karya seni.
5. Pengetahuan diskursif adalah pengetahuan yang memperhatikan suatu aspek dari benda kemudian suatu aspek yang lain, ketika
pengetahuan itu pergi dan datang dari keseluruhan ke bagian-bagian, dan dari
bagian-bagian ke keseluruhan. Pengetahuan dalam arti ini lebih menampakkan diri
sebagai sesuatu yang datang dari sebab ke akibat dan dari akibat ke sebab, dari
prinsip ke konsekuensi dan dari konsekuensi ke prinsip, dan sebagainya.
6. Pengetahuan intuitif adalah ketika pengetahuan menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi
dalam salah satu aspeknya, keseluruhan dalam satu bagian, sebab dalam akibat,
konsekuensi dalam prinsip, dan sebagainya.
7. Pengetahuan induktif, bila menarik yang universal
dari yang individual
8. Pengetahuan deduktif, bila menarik yang individual
dari yang universal.
9. Pengetahuan kontemplatif pada saat mempertimbangkan
benda-benda dalam dirinya dan untuk dirinya sendiri.
10. Pengetahuan spekulatif adalah saat mempertimbangkan
benda-benda dalam bayangan-bayangan dan ide-ide, atau konsep-konsep tentang
benda-benda itu.
11. Pengetahuan Praktis adalah saat mempertimbangkan benda-benda menurut
bagaimana mereka bisa dipergunakan.
2. INTELLIGENCE (KECERDASAN)
2.1 Pengertian Intelligence
Istilah
Inteligensi
diambil
dari kata intellectus
dan
kata kerja intellegere
(bahasa
Latin). Kata intellegere
terdiri
dari kata intus yang
artinya
dalam pikiran atau akal, dan kata legere yang berarti membaca atau menangkap. Kata intellegere
dengan
ini berarti membaca dalam pikiran atau akal segala hal dan menangkap artinya
yang dalam. Inteligensi
adalah
kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan situasi situasi,
dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi, ingatan,
konseptual, abstraksi, imajinasi, atensi, konsentrasi. seleksi relasi, rencana,
ekstrapolasi, prediksi, kontrol (pengendalian), memilih, mengarahkan. Berbeda
dengan naluri, kebiasaan, adat istiadat, hafalan tanpa mempergunakan pikiran,
tradisi.Pada
tingkat intelek (pemahaman) yang lebih tinggi, inteligensi juga dapat diartikan
sebagai proses pemecahan masalah-masalah (soal-soal kebingungan) dengan
penggunaan pemikiran abstrak.
2.2 Bentuk-bentuk kegiatan Intelektif manusia
Bentuk-bentuk
kegiatan intelektif manusia berasal dari tahap-tahap yang paling rendah
(sederhana) sampai ke tahap yang lebih tinggi (kompleks). Pengetahuan itu
berjalan dari tahap yang tidak sadar sampai kepada tahap yang sadar yang menempatkannya
secara sistematis dan reflektif.
- · Pengetahuan intelektif yang paling rendah atau yang paling sederhana adalah penglihatan atau penanggapan (persepsi). Kegiatan intelektif pada tahap yang rendah atau sederhana ini umumnya digerakkan secara tidak sadar dan prareflektif. Persepsi ini, misalnya, tampak pada refleksi spontan, prasadar, dan prapribadi.
- · Pengetahuan intelektif aprehensi (penampakan) yaitu bentuk pengetahuan di mana sudah terdapat kesadaran, meskipun subjek menerima apa yang terjadi pada dirinya secara pasif tanpa diinginkannya. Heidegger dalam pandangan fenomenologi eksistensialnya antara lain menyebut kegiatan inteligensi ini sebagai sesuatu penerangan atau satu tindakan penyingkapan dan pemanifestasian (Bertens, 1987: 23). Maksudnya. bahwa aprehensi adalah sebagai suatu tindakan membiarkan inteligensi melewati batas-batas organis dan memanifestasikan diri secara langsung. W. Penfield menyebutkan bahwa dasar pikiran adalah tindakan otak pada setiap individu.
- · Pengetahuan intelektif insight yang merupakan penangkapan intelektual secara mendadak mengenai objek. Melalui tahap ini inteligensi manusia tidak hanya menyadari secara pasif apa yang terjadi, tetapi berusaha untuk menangkap esensi atau hakikat atau inti peristiwa tertentu.
- · pengetahuan intelektif yang semakin kompleks lagi adalah kegiatan bernalar yang bersifat diskursif. Istilah diskursif dari kata di-curres artinya berlari ke berbagai arah melalui induksi, deduksi, refleksi, subjektif-objektif, dan sebagainya (Leahy, 1993: 132).
- · Pengetahuan intelektual yang lebih tinggi adalah tahap keputusan sebagai keyakinan akan kebenaran atau kesalahan dari hasil penyelidikan tertentu. Putusan ini lebih bersifat reflektif, sebab penguatan atau afirmasi yang diberikan sungguh-sungguh didasarkan pada landasan yang bisa dipertanggungjawabkan.3. Affection (Afektivitas)
3.1 Pengertian
Cipta
(kognisi), karsa (konasi), rasa (afeksi), itulah trias-dinamika manusia, atau
manusia sebagai trias-dinamika. Diakui bahwa manusia bukan saja
memiliki kemampuan kognitif-intelektual, tetapi juga afektivitas. Jelasnya, di
samping pengetahuan, afektivitas juga membuat manusia berada secara
aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan dengan
peristiwa-peristiwa dunianya.Melalui
peranan afektivitaslah, manusia tergerakkan hatinya, keinginannya, dan
perasaannya atau ketertarikannya untuk mengamati, mempelajari, dan
mengembangkan pengada-pengada aktual di sekitarnya menjadi bagian dari proses
keberadaannya.Afektivitas tidak sama dengan pengetahuan, namun menjadi
penggerak atau penyebab dan sekaligus akibat dari proses pengetahuan manusia
dalam arti penerapannya dalam bentuk perbuatan atau tindakan.
Afektivitas
adalah satu dari unsur-unsur pokok dasariah dari cara berada manusia di dunia.
dan satu dari dimensi-dimensi esensial roh manusia. Perbuatan afektif harus
dimengerti sebagai segala gerakan atau kegiatan batin yang karenanya subjek ditarik
atau ditolak.
Jadi, untuk
mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan
melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut ialah:
- · Pertama, antara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan atau kesatuan itu sendiri, karena ketika tidak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas.
- · Kedua, nilai (baik dan buruk), dalam kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas itu sendiri adalah berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek pada akhirnya akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.
- · Ketiga, sifat dasariah dan kecenderungan kognitif, pada kondisi ini subjek akan dalam melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan mendorong dia untuk lebih cenderung, selera, berkeinginan akan sesuatu yang pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif yang ternyata memang sesuai dengan sifat dasariah tersebut.
- · Keempat, mengenal adalah kausa dari afektivitas. Dalam proses mengenal subjek akan mengalami kondisi dimana dia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan dikenalinya dan ketika definisi tentang objek tersebut telah tercapai maka pada akhirnya akan lahir sebuah keputusan afektif apakah dia harus menyerang, mencintai, mempertahankan diri atau yang lainnya.
- · Kelima, imajinasi. Untuk menimbulkan kegiatan afektif maka imajinasi dapat menjadi sebuah pendorong, semangat, mempengaruhi bahkan membohongi.
4. Freedom (Kebebasan)
4.1 Pengertian
Manusia
akan mungkin merealisasikan dirinya secara penuh jika ia bebas. Gagasan kebebasan semacam ini selalu aktual
dalam hidup manusia selain karena kebebasan merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan dari diri manusia, juga karena kebebasan itu dalam kenyataannya
merupakan suatu yang bersifat "fragile"; kebebasan bersifat
sensitif dan rapuh. Manusia adalah makhluk yang bebas, namun sekaligus manusia
adalah makhluk yang harus senantiasa memperjuangkan kebebasannya. Manusia yang bebas adalah manusia yang
memiliki secara sendiri perbuatan-perbuatannya. Kebebasan adalah suatu kondisi
tiadanya paksaan pada aktivitas saya. Manusia disebut bebas kalau dia
sungguh-sungguh mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Dengan demikian kata bebas menunjuk kepada manusia sendiri yang mempunyai kemungkinan
untuk memberi arah dan isi kepada perbuatannya.
Hal itu juga berarti bahwa kebebasan mempunyai kaitan yang erat dengan
kemampuan internal definitif penentuan diri, pengendalian diri, pengaturan diri
dan pengarahan diri. “Freedom is self-determination”. Berdasarkan
pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau
ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan
pada binatang atau benda-benda. Kebebesan sejati hanya terdapat di dalam diri
manusia karena di dalam diri manusia ada akal budi dan kehendak bebas.
4.2 Bentuk kebebasan menurut Louis Leahy
Gambar 4.1 Louis Leahy |
http://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2012/03/Leahy.jpg
1. Kebebasan
fisik menurut Louis Leahy adalah ketiadaan paksaan fisik. Artinya adalah tidak
adanya halangan atau rintangan-rintangan eksternal yang bersifat fisik atau
material
2. Kebebasan
psikologis berarti ketiadaan paksaan secara psikologis. Orang dikatakan bebas
secara psikologis jika ia mempunyai kemampuan untuk mengarahkan hidupnya.
3. kebebasan
moral sebagai ketiadaan paksaan moral hukum atau kewajiban. Kebebasan moral
tidak sama dengan kebebasan psikologis. Meskipun demikian antara keduanya
mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebebasan moral mengandaikan kebebasan
psikologis. Sebaliknya jika ada kebebasan psikologis belum tentu ada kebebasan
moral.
Sumber :
Disarikan dari materi Binusmaya tentang Human Philosophical Reflections 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom. Pertemuan ke- 5
Disarikan dari materi Binusmaya tentang Human Philosophical Reflections 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom. Pertemuan ke- 5
Menurut saya postingan anda kali ini lenkap, banyak gambar, dan mudah dipahami. Masukan dari saya adalah sumber diperbaiki lagi, gambar diberikan sumber, dan ratakan tulisan kanan kiri.. Saya memberi nilai 83..
BalasHapusTerima kasih..
Rizkyana Ayuningtyas..
1801448114..
Hallo.. Menurut saya postingan blog anda kali ini menarik dan mudah dipahami. banyak beragam materi yang dijelaskan,
BalasHapusMasukan dari saya yaitu ratakan tulisan kanan kiri. Dan beri lebih banyak sumber lagi. terimakasih
Nilai : 85